Perubahan
pesat selama 60 tahun terakhir di Pasar Mester begitu lekat dalam
ingatan pria kelahiran 10 Oktober 1945. Tahun 1948, kata dia, Pasar
Mester hanya lapak-lapak kumuh yang dijaga para centeng.
Centeng
adalah sebutan preman yang menarik uang kemanan dari pedagang. “Centeng
yang terkenal yaitu Kong Jaih. Ada sekitar tahun 1950,” ujar pria yang
sejak usia 3 tahun menghabiskan waktu bermain di Pasar Mester.
Bangunan
permanen di Pasar Mester baru muncul sekitar tahun 1970. Bangunan itu
kemudian direnovasi tahun 1989 setelah terbakar. Renovasi memakan waktu 1
tahun. ”Tahun 1991 pasarnya diresmikan sampai sekarang. Pada masa Hindia Belanda, Mester tidak hanya merujuk pada bangunan
pasar. Catatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Mester digunakan
untuk menyebut seluruh kawasan Jatinegara. Letaknya sekira 20 kilometer
dari pusat Kota Batavia di Pasar Ikan.
Sejarah dimulai sejak 1661, saat guru agama Kristen asal Pulau Banda, Cornelis Senen, membuka kawasan hutan jati di daerah itu. Jabatannya sebagai guru agama membuat Cornelis Senen mendapat tambahan gelar Meester di depan namanya, yang artinya “tuan guru”.
Sejak akhir abad 17, Meester Cornelis mulai menguasai tanah di kawasan hutan jati itu. Masyarakat pun menyebutnya dengan kawasan Meester Cornelis. “Orang awam sih dulu bilangnya mester tapi sebenarnya master. Ya sesuai dengan lidah orang Betawi biar gampang nyebutnya,” ujarnya.
Kawasan hutan jati yang dibuka Meester Cornelis perlahan berkembang menjadi kota satelit Batavia. Pada 1924, Mester dijadikan nama kabupaten, yang terbagi dalam empat kawedanan. Kawedanan Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi, dan Cikarang.
Nama Pasar Jatinegara baru mulai digunakan pada awal Pendudukan Jepang di
Indonesia tahun 1942. Kala itu Jepang berupaya keras menghilangkan
nama-nama yang berbau Belanda. Lantaran kawasan itu bekas hutan jati
yang lebat, dipilihlah nama Jatinegara menggantikan Meester Cornelis.
Tapi,
penobatan Jatinegara tidak serta merta menghilangkan nama Mester. Nama
sang “tuan guru” tetap terukir indah di pasar Jatinegara hingga kini. dan tersohor sampai ke Asia tenggara.